Gender dan Pembangunan

Aurora Ximenes

Koordinator, Jaringan Kaum Perempuan Timor Lorosa’e (REDE)

 

Karakteristika gender Timor Loro Sae hampir tidak berbeda dengan karakteristik gender lainnya di dunia.

 

Dimana–mana ditemukan dalam kehidupan sehari–hari sejak turun temurun perempuan hanya diberikan prioritas untuk menjalankan pekerjaan rumah tangga saja. Sedangkan kaum laki dihargai sebagai orang yang berproduktif seperti bekerja di kebun, di sawah, juga pekerjaan publik lainnya. Pembagian ini kemudian disebarluaskan dimana–mana dalam masyarakat yang berlangsung sangat lama dan menjadi suatu kebiasaan dimana kaum perempuan kurang diberi prioritas, hanya diberikan prioritas pada kaum laki. Keadaan yang menjadi tradisi yang membagi peranan dan tanggung jawab sebagai kaum perempuan dan laki.

 

Terdapat suatu kebiasaan, kaum laki dibiasakan secara paternalistik yang seterusnya menjadi budaya paternalistik. Hal ini menyebabkan lingkungan sosial diskriminatif yang membuat perempuan kurang dihargai dan akibatnya mereka dimarjinalisasi dan disubordinasi, dan tidak mendapat hak yang sama. Dengan demikian berarti di dalam lingkungan sosial muncul dengan otomatis membagi peranan dan tanggung jawab kepada laki dan perrempuan yang kemudian perlahan – lahan muncul issue gender.

 

Gender dikenal pada tahun 1970 dari seorang yang bernama AAN OAKLY yang menggambarkan tentang “karakteristik perempuan dan laki untuk ditetapkan dalam lingkungan sosial , tetapi dalam kenyataan perempuan dan laki secara biologis”.

   

Berdasarkan dengan hal ini bahwa ukuran gender bisa berubah perlahan-lahan bersama dengan situasi seperti muncul krisis atau konflik, bisa mengubah situasi dengan cepat.

 

Seperti kita ketahui bahwa perempuan telah terbukti dengan adanya suatu situasi konflik di Timor Loro Sae, perempuan melewat suatu perubahan yang membuat masyarakat mengetahui gender secara realitas. Situasi itu dengan sendirinya memperkenankan untuk mengikut serta dalam perkembangan situasi dalam segala bidang yaitu: ikut serta dalam Pergerakan Pembebasan Nasional disamping itu perempuan bergerak untuk membebaskan sesama perempuan khususnya di bidang politik, ekonomi dan pendidikan.

 

Situasi partisipasi ini tidak berlangsung lama, karena dikuasai oleh militar Indonesia maka menjadi diam dan berhenti. Keadaan perempuan ini ditambah dengan konsekuensi konflik dimana perempuan harus hidup dalam situasi kekerasan. yang membuat perempuan mengalami kebodohan dan kemiskinan, dan harkat dan martabatnya menurun.

 

Dengan demikian kita melihat bahwa konsep Gender di Timor Loro Sae walaupun sudah menetap menjadi suatu tradisi yang paternalistik tetapi dengan konflik yang lama menujukkan bahwa posisi perempuan yang subordinat itu bisa dikatakan telah mendapat perubahan gender sejak 1975.

           

Untuk mengangkat harkat dan martabatnya, berbagai upaya telah dilakukan oleh organisasi perempuan dalam rangka mengangkat harkat dan martabat serta membebaskan kaum perempuan dari kegelapan. Upaya pembebasan yang dilakukan lewat Kongres Perempuan yang diadakan di Dili pada bulan Juni 2000 membahas banyak hal, antara lain:

 

 

Politik 

v     Kebijakan yang menghargai semua orang seperti; hukum, keadilan, sekolah, kesehatan, ekonomi, transportasi.

v     Kebijakan yang mendukung perempuan.

Ekonomi

v     Tidak adanya modal

v     Tidak tersedianya bahan baku produksi

v     Tidak adanya jalur transportasi perdagangan

v     Pembagian usaha modal seperti pasar belum merata

v     Kurangnya ketrampilan usaha

v     Perempuan belum mendapat akses pada usaha kecil

v     Kebijakan yang mendukung perempuan seperti mikro kredit.

Pendidikan

v     Sebagian besar perempuan masih buta huruf.

v     Kurang adanya fasilitas sekolah.

v     Kurikulum yang belum jelas.

v     Binbingan mendidik anak bagaimana cara menghargai dan menghormati orang lain.

v     Kembangkan bahasa Tetun dan Portugis.

Kesehatan

v     Terbatasnya persediaan obat di tingkat desa.

v     Kurangnya tenaga kesehatan di tingkat desa.

v     Kesehatan mental.

v     Kekurangan gizi.

v     Air minum bersih.

 

Media dan Komunikasi

v     Fasilitas komunikasi.

 

 

         Sehubungan dengan hal – hal yang diatas maka dapat disimpulkan bahwa perempuan harus dapat memberikan kontribusinya dan ambil bagian dalam pembangunan di segala bidang.

 

Biasanya perempuan tidak berkembang disebabkan banyak factor, seperti: pendidikan, ekonomi, komunikasi dan politik, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut sebagai factor yang mempengaruhi perkembangan gender karena didasarkan pertimbangan bahwa apabila perempuan tidak mengalami peningkatan, maka proses pembangunan akan berlangsung secara tidak merata dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya diinginkan oleh masyarakat pada umumnya dan pada khususnya kaum perempuan.

        

Di bagian lain disebut dalam resolusi mengenai hak perempuan diantaranya mengetahui:

 

1. Diskriminasi yang terus-menerus dan ketidakadilan dalam kesempatan-kesempatan bagi perempuan di masyarakat Timor Lorosa’e;

2. Kekerasan terhadap perempuan baik di dalam maupun di luar rumah;

3. Poligami dan kekurangan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan;

4. Tidak adanya perundang-undangan yang melindungi perempuan Timor Lorosa’e.